يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Pengertian Amanah, Amânah yang
artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah (amanah)
dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga
berarti titipan (al-wadî‘ah).
Amanah adalah lawan dari khianat. Amnah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi.
Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan
seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang
dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman
Allah swt.: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan
amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di
antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” (An-Nisa:
58)
Diantara bentuk ketaqwaan seseorang
hamba kepada Allah SWT adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang
dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah SWT,
seperti shalat, membayar zakat, haji dan lain-lain, maupun yang berkaitan
dengan kewajiban kepada sesama manusia. Karenanya, perlu kita ketahui bahwa
sebenarnya amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh
setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun semua akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, nanti atas pelaksanaan amanah yang
kita pikul. Saudara pendengar,
perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang
dilakukan semudah membalikkan tangan. Oleh karena itu, kajian kita dalam Mimbar
Agama Islam kali ini akan kita fokuskan kepada bagaimana menjaga amanah yang
sebetulnya. Sebab nyatanya Allah telah menjelaskan tentang betapa beratnya
amanah yang dipikulkan kepada kita para manusia. Sebagaimana telah dilangsir
oleh Allah dalan Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72 : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir kan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh”.
pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian, yaitu sebagaimana syarat
pemimpin yang disepakati ulama Islam, adalah: Islam, baligh dan berakal,
lelaki, mampu (kafaah), merdeka atau bukan budak dan sehat indera dan
anggota badannya. Pemimpin yang tidak memiliki syarat keahlian pasti
tidak amanah. Misalnya, seorang yang tidak sehat indera dan anggota
badannya dan menjadi pemimpin sebuah negara atau bangsa. Ia bisa
dipastikan tidak mampu menjalankan amanahnya karena faktor kesehatannya,
kemudian dia juga tidak mampu melakukan tugas-tugas yang berat karena
cacat sehingga akhirnya lebih banyak berbuat untuk dirinya sendiri
daripada untuk rakyatnya.
Ciri Pemimpin Amanah
Berhati-hatilah terhadap orang yang sering menceritakan aib orang lain karena jika ia berani menceritakan aib-aib orang lain kepada kita, apa sulitnya dia menceritakan aib kita kepada orang lain.
Kedua, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji.
Ketiga, pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab
terhadap setiap perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak
ada keraguan, tidak meremehkan waktu walau sedetikpun, karena detik
juga berharga (telat sedetik, semenit, sejam, semuanya sama saja yaitu
telat), jika jual beli pantang mengambil hak orang lain.
Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak berhasil membangun keluarganya dengan baik.
Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak berhasil membangun keluarganya dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar